Rabu, 30 September 2015

Petualangan Larry

Kulitnya yang hitam, mukanya yang culun, dan memiliki gigi jarang-jarang merupakan gambaran dari seseorang mahasiswa semester 7 ini. Kebiasaan sehari-harinya hanya pergi ke kampus belajar dan pulang. Tidak ada sesuatu yang berkesan pada aktivitasnya sehari-hari. Suatu malam ia bermimpi  menjadi superhero. Betapa terkejutnya ia saat terbangun sudah berada di tepi jurang. Ia merasakan sesuatu yang aneh, ia pun melirik dan wow sepasang sayap mungil berada dibelakang pundaknya. Dia pun mencoba untuk terbang dan tak berhasil, ia malah terperosok ke dalam jurang dengan kedalaman dua kilometer, melewati rimbunan daun-daun dan ranting yang telah layu. Sebelum ia sampai di dataran, tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi seekor ular. Ia panik bukan kepalang, ia berusaha kembali menjadi dirinya semula, tapi tak berhasil. Dia memutuskan untuk mengitari dataran itu, tetapi ia malah bertemu dengan suku Indian dengan membawa senjata di tangan mereka masing-masing. Suku indian tersebut ingin membakar Larry. Melihat keberadaan Larry seakan-akan mengancam kehidupan mereka.

Maka Larry segera pergi dari tempat itu. Ia masuk kedalam danau yang sangat dalam dan bertemu dengan ikan paus. Tubuhnya yang mungil membuatnya terperangkap dalam hisapan ikan paus itu. Selama tujuh hari tujuh malam Larry berada di dalam perut ikan paus. Ia mencoba untuk keluar tapi tidak bisa, ia tidak ingin menyakiti binatang mamalia tersebut. Hingga akhirnya ia kehabisan ide, dan ia harus merelakan menggigit badan paus itu dengan giginya yang berbisa. Pada akhirnya ia bisa keluar dari perut paus itu. Saat ia keluar ia sudah berada di sekitar pinggir pantai. Ketika keluar dari dalam laut tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi seekor katak. Ia pun meloncat kesana kemari untuk mencari rumahnya. Saat ingin menyebrang ada segrombolan orang sedang berlari. Hampir saja tubuhnya menjadi penyek, jika ia sampai terijak oleh segrobolan orang tersebut.

Ketika sedang beristirahat, ia tidak menyadari bahwa tubuhnya sudah berada diatas pemangang. Seseorang segera menaburkan bumbu rempah-rempah diatas tubuh katak ini. Segera ia meloncat dan akhirnya ia malah terperangkap dalam sebuah ember cucian piring milik penjual sate kodok. Anak kecil yang melihat hal itu segerang menangkap Larry dan memasukannya ke dalam sebuah kotak makan miliknya. Larry hampir saja mati karena tidak mendapat oksigen. Rupanya anak kecil itu membawa Larry ke labotarium biologi. Anak kecil itu sudah menyiapkan peralatan untuk membedah tubuh Larry. Larry hanya berdoa agar ia dapat berubah wujud. Ketika anak itu membuka kotak makan miliknya, betapa terkejutnya ia melihat seekor cacing didalam kotak makannya. Anak kecil itu langsung melempar kotak makan tersebut ke taman belakang sekolah. Tubuh ringan Larry melayang terkena hembusan angin. Hingga seekor burung terbang menangkap tubuh Larry dan hendak membawa Larry ke dalam sangkarnya. Ketika hampir sampai ke sangkar burung itu.

Terdengar suara ciap-ciap anak burung yang sudah lapar. Larry berdoa dalam hatinya ia dapat berubah kembali ke dalam wujud aslinya yaitu manusia. Dan akhirnya permintaannya di kabulkan dan ia jatuh tepat di taman depan rumahnya.

Rabu, 16 September 2015

Crack


Crack adalah satu-satunya peri yang tidak mempunyai sayap dibelakang tubuhnya. Ia lahir di sebuah desa terpencil yang bernama Nurvelil. Saat lahir ukuran tubuhnya tidak lebih besar dari sebutir biji kacang hijau, namun kini ia memiliki berat 500 gram. Crack memiliki banyak teman di sekelilingnya, ia sangat di sukai oleh temannya, karena selain ramah, ia juga memiliki sulur di sekeliling tubuhnya. Sulur  itu menandakan bahwa ia selalu di berkati oleh dewi kehidupan yang bernama Dewi Sakura.

Setiap hari tugas Crack adalah menampung air hujan untuk air minum para peri di Nurvelil, bersama kawan-kawannya. Ia selalu menyanyikan lagu yang sama setiap hari saat ia ingin memulai tugasnya sebagai peri. Lagu yang berjudul Oh Dunia yang Indah adalah sebuah lagu ciptaan ia sendiri. Ketika ia sedang istirahat, ia suka memainkan alat musik trompet yang dapat dibuatnya dari selembar daun yang di gulung menyerupai sebuah trompet. Crack memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Steevs dan Hayley. Mereka bertiga sangat kompak.

Peri yang hidup dalam rumah yang berbentuk buah delima itu suka sekali memakan buah ceri. Crack selalu mengajak teman-temannya untuk memanen buah ceri yang tumbuh di sekitar rumahnya. Crack sangat sayang kepada orang tuanya. Orang tua crack berkerja sebagai pengumpul madu. Setiap hari orang tua crack selalu membawa madu untuk menjadi menu utama makan malam di keluarga Crack. Peri yang tidak memiliki rambut ini selalu bercita-cita ingin memiliki rambut, sebab diantara keluarganya hanya ia yang tidak memiliki sehelai rambut pun di kepalanya yang bulat itu. Hal ini disebabkan karena umur Crack yang masih sangat muda, yaitu 2 bulan. Sedangkan seorang peri umurnya harus lebih dari 6 bulan  untuk dapat memiliki rambut.

Crack sangat giat dalam bekerja, ia selalu memprioritaskan tugasnya dari pada asik bermain. Keluarga crack adalah keluarga yang cukup mampu, sehingga Crack dapat bersekolah di sekolah khusus peri yang bernama Devistomagma, di sana ia diajarkan bagaimana caranya ia bertahan hidup walaupun ia tidak memiliki sayap. Crack yang sangat antusias pada setiap sesi pembelajaran sehiggga membuat ia terpilih menjadi peri yang sangat berprestasi di Devistomagma.

Satu hal kebiasaan unik Crack adalah setiap harinya Crack harus mengeluarkan gas yang sangat bau dari dalam tubuhnya kapan saja dan hal itu tidak dapat terkendali, bahkan saat belajar di sekolah pun teman-teman di sekitar Crack dapat mencium bau yang tidak enak itu. Terkadang ada saja teman yang mengejeknya karena hal itu, tapi Crack dengan sangat ramah selalu menghampiri teman tersebut dan meminta maaf. Ia tidak suka kalau dirinya dibenci karena kebiasaan uniknya itu.

Kamis, 10 September 2015

Claire




          Di suatu desa hiduplah seorang wanita tua, ia bernama Claire. Claire hidup sendirian. Suami dan anaknya telah lama meninggal dunia. Untuk dapat mencukupi kebutuhannya, ia bekerja paruh waktu di sebuah toko boneka, yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Cukup hanya berjalan kaki sekitar 10 menit, ia sudah bisa sampai ke tempat itu. Di toko boneka, ia bekerja sebagai pembuat boneka. Ia membuat berbagai jenis bentuk dan ukuran boneka sesuai pesanan pembeli. Di suatu malam, ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya, “tok, tok, tok”. Claire yang sedang berada di dapur, segera bergegas menuju pintu rumahnya.

          Lalu dibukalah pintu rumahnya, dan betapa terkejutnya ia kedatangan seorang anak kecil yang tubuhnya mengigil karena kedinginan sambil memeluk dua buah boneka di tangannya yang mungil. “Selamat malam nyonya, apakah saya boleh menginap semalam saja di rumah ini?” tanya anak itu dengan suara parau. Rupanya hujan lebat hari itu telah membasahi tubuh mungil anak kecil itu. “Ya, tentu. Masuklah” jawab Claire dengan senyum yang tulus. Lalu anak kecil itu dipersilahkan masuk oleh sang nenek. “Tunggu sebentar, saya akan mengambilkan pakaian untukmu”. Lalu Claire mengambil pakaian dilemari anaknya. Ia terdiam sejenak teringat akan anaknya yang telah tiada, tanpa sadar ia mencium baju anaknya sambil menangis.

          Ia segera bergegas menemui anak itu dan berkata “Gantilah pakaian mu nak”, setelah itu ia menyiapkan makan malam, sebelum anak itu menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh Claire, ia lalu berkata “Nyonya, apakah aku tidak merepotkan mu?”. “Tidak apa-apa, aku tidak merasa direpotkan, makanlah, tentu kamu sudah sangat lapar”, kata Claire. 

          Setelah Claire selesai mencuci pakaian anak tersebut, ia kembali ke ruang makan untuk menemui anak itu, dalam hatinya ia penasaran ingin mengenal lebih jauh siapa sebenarnya anak tersebut, kemudian ia bertanya, “Siapa namamu, nak?” tanya Claire. “Namaku John Smith, Nyonya”, jawab John penuh ceria. “Baiklah, John. Kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan Nyonya. Namaku adalah Claire, kamu bisa memanggilku dengan sebutan Nenek Claire. Malam ini kamu bisa tidur di kamar itu”, jelas Claire sambil menunjuk kamar yang telah ia bersihkan sebelum ia kembali ke ruang makan. “Baik, Nenek Claire” seru John, lalu ia menceritakan kepada Claire mengapa ia bisa sampai ke tempat ini.

          Mereka saling berbagi cerita. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00, John sudah terlihat mengantuk. “Mari nak, ku tunjukkan kamar mu”. Claire mengatar John menuju ke kamar yang dulu merupakan kamar tidur James. Sesampainya di kamar, Claire membaringkan dan menyelimuti anak itu. Sebelum Claire meninggalkan anak itu, Claire diam-diam memperhatikan wajah anak itu. Jika James masih hidup, pasti usianya sama dengan usia John sekarang ini, ucapnya dalam hati. Rasa rindu itu kembali menyelimutinya lagi. Claire sudah tidak kuat menahan air mata yang tanpa disadarinya sudah membasahi pipinya, akhirnya Claire memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

          Kemudian Claire berdoa “Tuhan ijinkanlah hambaMu ini bertemu dengan anak dan suamiku, walaupun hanya lewat mimpi. Aku sangat merindukan mereka berdua”, lalu ia akhirnya tertidur. Pada tengah malam, terdengar suara gemuruh, yang diawali cahaya kilat yang sangat terang seolah-olah keluar dari kamar yang di tempati oleh John. Suara itu terdengar sampai ke telinga Claire, akan tetapi karena Claire terlalu lelah, ia memutuskan untuk kembali tetap tidur.

                   Keesokan paginya Claire mendatangi kamar James, ia bermaksud membangunkan John, tiba-tiba kamar tersebut telah kosong, tempat tidur yang dipakai oleh John semalam pun sudah terlihat rapih, dan juga pakaian anaknya sudah berada dalam keadaan bersih. Ia mencari John di sekitar rumahnya, tapi ia tidak dapat menemukan John. Ia pun kembali memeriksa kamar itu. Lalu ia menemukan sepucuk surat dan dua boneka yang dibawa oleh John berada di atas meja, kemudian Claire membaca surat tersebut. 

Nenekku yang baik, terima kasih atas bantuanmu. John sangat senang bisa bertemu dengan nenek. Sebagai ucapan terima kasih ku, hanya dua boneka ini yang dapat kuberikan pada nenek. Jaga kesehatan ya, nek. Semoga kita dapat bertemu kembali. John sayang nenek.

Salam hangat,

 John

          Claire tahu anak kecil itu anak yang baik. Sejak pertama kali mereka bertemu, ia merasakan sesuatu yang berbeda dari diri anak itu, anak itu berbeda dari anak kecil yang lain yang pernah ia temui. Ia merasakan kebahagiaan yang hadir kembali saat berada di dekat anak itu.

          Kini Claire merasakan hidup kesepian itu terulang kembali, disela-sela kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk memperbaiki boneka yang diberikan oleh John kepadanya. Lalu ia menyimpan boneka tersebut di sebuah kotak dengan sangat rapih. Seminggu kemudian, suara gemuruh itu terdengar lagi. Karena penasaran Claire mencari sumber suara tersebut, ternyata suara gemuruh itu berasal dari tempat dimana kotak itu diletakkan. Betapa terkejutnya ia, melihat dua boneka tersebut hidup layaknya seperti manusia. Bahkan tubuh boneka itu tampak seperti mendiang suami dan anaknya.

          “Hah? Apakah aku sedang bermimpi? Bagaimana ini bisa terjadi? James! Steevs! Apakah ini benar-benar kalian?” tanyanya dengan penuh heran. "Benar ini adalah kami, Claire. Aku ini Steevs suamimu, dan ini James anak kita". "Tapi, bagaimana ini bisa terjadi? Ini tidak mungkin. Bagaimana kalian bisa di sini? Sedangkan kalian sudah menghadap Tuhan". "Claire, kamu ingat seminggu yang lalu ada anak kecil yang membawa dua boneka ke rumah ini dalam kondisi basah kuyup? Boneka yang dibawa anak itu adalah kami. Dan kamu yang telah membuat kami hidup kembali, kamu yang membetulkan kami. Apakah kamu masih ingat semua hal itu?". "Ya, aku ingat" jawabnya dengan yakin. "Lalu apa hubungannya kalian dengan anak itu? Ah, hal ini tidak masuk akal" tegasnya.

          "John adalah salah satu dari anggota pengabul mimpi. Ia hanya mengabulkan mimpi seseorang yang rumahnya ia kunjungi. Dan kamu adalah salah satunya orang yang beruntung itu, Claire. Ia datang untuk menyebarkan kebahagiaan" jawab Steevs. "Kami datang untuk mewujudkan kebahagiaan itu" kata James. Claire hanya membalas senyuman dan langsung memeluk mereka berdua sambil berkata "Ya, tentu. Kalianlah sumber kebahagiaan itu. Tetaplah tinggal bersamaku untuk selamanya”.