Waktu sudah menunjukan pukul 02.30, mata
merah setengah mengantuk, pilek batuk tak terkontrol.
Valerie : “Gilaaaaaakkkk! Serasa rontok nih badan!
Mana mulai laper lagi! Whatttttt….. lukisannya baru jadi 75%”
Kring
kring kring…
Valerie : “Aduh badan w sakit semua” sambil mencoba
mematikan jam weker. “Buset, udah jam segini aje! Mana kuas? Mana kuas? Ampun
deh Cobalt blue abis lagi! Hehe, Catherine pasti masih punya!”
…
Valerie : “Kate, Kate…” sambil mengetok-ketok kamar
Catherine yang tak jauh dari kamarnya.
Catherine : “Iya tunggu
sebentar, ada apa Val? Tumben pagi-pagi lu udah bangun” sambil meguap…
Valerie : “Kate, lu pasti masih adakan Cat Acrylic
warna Cobalt Blue?”
Catherine : “Hmmm… ada emang
buat apa sih?”
Valerie : “Kate, gue pinjem ya, atau gue gak beli
deh, gue lagi butuh banget nih! Lukisan Impresionis gue belum kelar…”
Catherine : “Buset dah seniman
muda yang satu ini, emang beda lo ya dari pada yang lain!”
memberikan
jempol menuju depan muka Valerie.
Valerie : “Sttt… Udah, udah komennya… Sekarang mana
Cobalt Bluenya?”
Catherine : “Bentar-bentar w
ambil” mengambil cat acrylic yang ada di meja.
Sementara tatapan Valerie tertuju pada
satu lukisan.
Valerie : “Ck ck ck… ini baru yang namanya
masterpiece…”
Catherine : “Hah? Masterpiece
gk salah denger w? Lo tuh sang maestro impresionis!”
Valerie : “Haha… Ya jelaslah Valerie gitu lho…! Eh
deadlinenya jam berapa sih? Kayaknyanya w gak bisa masuk deh… Badan gue demam
nih, gua titip karya lewat lu aja ya, oh ya w sekalian titip absen ya…”
Catherine : “Jam 11 pagi. Ih
lu aja belum kelar…”
Valerie : “ini w mau selesein, nanti jam 9 gue udah
kelar kok, thanks ya…”
Catherine : “Hmm…”
Valerie berlari menuju kamarnya, dan
mulai mengoreskan kuas ke atas kanvas miliknya.
Valerie : “Mmm… apa lagi ya yang kurang? Gue rasa
ini udah bagus… Ah udahlah… tinggal di keringin aja dulu…”
Mrasa sudah cukup puas Valerie segera
memberikan kanvas miliknya ke Catherine, tak lupa iya mengulang pesanannya.
Valerie : “Inget ya Kate, jangan lupa gue titip
absen!” Dan jangan lupa juga kumpulin karya masterpiece gue yang satu ini…”
Catherine : “Iye, iye… Udah
sono mandi… Badan lu udah bau busuk…!”
Sebenarnya cukup 40 langkah dari tempat
kost mereka, sudah bisa sampai di kampus. Catherine yang sejak kemarin siang
belum sempat makan, langsung menuju kantin yang ada di dalam kampusnya. Antrian
kasir saat itu sangat panjang, setelah kurang lebih 15 menit menunggu, akhirnya
tibalah saatnya giliran Catherine. Catherine segeera menyantap nasi uduknya
dengan lahap. Setelah itu ia rapihkan semua barang yang, Ia bawa dan…
Catherine : “Ih perasaan w
taruh di sini deh lukisan punya Vale!”
Catherine terus
mencari dan mencari lukisan Vale di sekitar meja tempat ia makan tadi. Tapi tak
menemukan benda tersebut. Beberapa orang yang ada di kantin ia tanya satu per
satu, dan tak ada yang melihatnya.
Catherine : “Aaaaaaa… Bagaimana
ini? Dimana ya lukisan Vale” tanyanya dalam hati dan hampir putus asa.
Catherine mengambil ponse dari dalam tas
beruangnya. Dan segera mencari nama Valerie.
Catherine : “Halo? Val… ini w
Kate…” dengan nada panik.
Valerie : “Iya, Kate ada apa?”
Catherine : “Val… bantuin w
dong ke sini… W dah hopelesssss banget…”
Valerie : “Tenang… tenang dulu Val, coba lu
ceritain…”
Catherine : “Lukisan
Impresionis lu hilang… Val, maaf banget ya…”
Valerie : “Haha lu becandakan Kate?”
Catherine : “W gk lagi
becanda, Vel. Ini serius. Mendingan lu ke sini bantuin w cari…”
…
Valerie : “Lu coba cari ke sana, w cari di daerah
sini ya. Nanti kita ketemuan di sini lagi, Oke!”
Catherine : “Oke”
Setelah hampir setengah jam mencari
kesana kemari lukisan itu pun tak dapat di temukan. Emosi Valerie yang tak
terkontrol segera memuncak.
Valerie : “Gimana ketemu gak, Kate?”
Catherine hanya mengeleng. Dengan pasrah
Catherine menerima caci maki dari Valerie. Hampir 10 menit Vale habiskan untuk
memarahi Kate. Ada anak kecil yang menarik perhatian Kate, betapa gembiranya ia
melihat lukisan Vale ada di genggaman anak kecil itu. Kate segera meninggalkan
Vale yang masih dalam penuh emosi.
Catherine : “Adek manis… Kakak
boleh minta lukisan ini tidak?”
Rooney : “Tidak boleh ini punya aku…”
Catherine : “Dek, kalau kamu
kasih lukisan ini, nanti Kak Kate kasih lolipop.”
Rooney : “Mana? Tunjukin dulu lolipopnya!”
Catherine : “Ini, kamu boleh miliki
semua lolipop itu, kalau lukisan itu buat, kakak”.
Rooney : ”Oke deal!”
Keduanya saling melakukan transaksi saat itu juga. Catherine kembali menemui Vale dengan wajah sumringah. Terlihat Vale sangat lega, tak lupa Vale meminta maaf atas perilaku yang ia lakukan tadi kepada Catherine. Catherine hanya mengusap-usap punggung Valerie. Keduanya pun berlari menuju kelas dan mengumpulkan tugasnya masing-masing.